Menurut Forbes, ada beberapa alasan dari pernyataan tersebut. Salah satunya adalah pertumbuhan penjualan perangkat ponsel pintar yang terus melambat. Di Amerika Serikat, yang dipandang sebagai pasar penting dalam industri teknologi, setengah dari warganya diketahui sudah memiliki produk ponsel pintar. Biasanya, untuk menggapai sisa dari pasaran yang ada, prosesnya akan berjalan lebih lambat dari awalnya.
Pasar ponsel pintar Eropa juga sudah mulai lambat. Lihat saja peningkatan yang terjadi saat ini. Menurut IDC, pasar ponsel pintar memang tetap tumbuh, yaitu 12 persen. Namun, tingkat pertumbuhan ini merupakan titik yang terendah dalam sembilan tahun belakangan.
Antusiasme berkurang
Konsumen juga terlihat tidak seantusias dulu lagi. Masih segar di ingatan saat Apple pertama kalinya meluncurkan iPhone dan Samsung merilis perangkat pesaing, seri Galaxy S. Pada saat keduanya hadir di pasaran, konsumen seperti berlomba-lomba untuk menjadi yang pertama memiliki salah satu, bahkan keduanya. Produk-produk yang dirilis dua perusahaan raksasa elektronik ini pun sangat sulit ditemukan di pasaran.
Kini? Ponsel pintar terbaru, bahkan seri high-end, belum, bahkan mungkin tidak akan, hilang dari rak-rak yang ada di toko. Pihak penjual masih memiliki stok-stok ponsel pintar yang masih sangat banyak di gudang mereka.
Sementara itu, penjualan ponsel pintar dengan harga terjangkau terus saja melonjak naik. Mungkin para konsumen yang baru beranjak dari feature phone lebih memilih untuk menggunakan ponsel pintar dengan harga murah, sekadar untuk coba-coba, dibandingkan harus "melompat" ke perangkat dengan segudang fitur yang biasanya memiliki banderol harga yang tinggi.
Aplikasi lebih "berharga" dibandingkan perangkat ponsel pintar itu sendiri
Ponsel pintar, meskipun sudah dilengkapi dengan spesifikasi hardware supertinggi, tidak akan sukses apabila tidak ada ekosistem aplikasi yang baik.
Para vendor tahu benar akan hal tersebut. Beberapa vendor besar tampak mem-bundling perangkat yang mereka jual dengan beberapa judul aplikasi untuk menarik konsumen. Sebagai contoh, si vendor A menjual produknya yang sudah dilengkapi dengan aplikasi chatting tertentu. Ada juga vendor yang menghadirkan produknya dengan aplikasi-aplikasi media sosial tertentu.
Pada saat para konsumen lebih mementingkan aplikasi apa saja yang bisa dijalankan di perangkatnya, spesifikasi hardware bukan lagi menjadi kunci penentu konsumen untuk memilih perangkat.
Mengutip Forbes, saat software menjadi faktor penting dalam sebuah produk teknologi, Anda tahu bahwa hardware akan menjadi faktor kedua dalam beberapa tahun mendatang.
Setelah ponsel pintar?
Jika benar pasar smartphone sudah mulai berada di titik jenuh, produk apa yang akan menjadi penerusnya? Jawabannya adalah wearable device. Perangkat seperti jam tangan pintar (smartwatch) dan lainnya akan menjadi "produk besar berikutnya" pada tahun 2013 ini.
Hal tersebut terungkap dari hasil analisis yang dilakukan oleh lembaga survei pasar ABI Research. Lembaga tersebut memprediksi, produk jam tangan pintar akan laku keras pada tahun 2013. Total, akan ada 1,2 juta perangkat jam tangan pintar yang terjual pada tahun ini.
Beberapa waktu lalu, Presiden dan CEO Sony Mobile Communications Kunimasa Suzuki memprediksi, wearable device memiliki potensi di masa depan. Ia juga menambahkan bahwawearable device bisa menjadi tren besar berikutnya di dunia mobile.
0 komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar Dan Saran Untuk Membuat Blog Ini Lebih Baik Terimah Kasih.